Welcome to Blog ZaZi . . .

Please create guestbook (buku tamu) in side right . . .

Don't forget follow me . . .

Khamsia ^_^ . . .


ShoutMix chat widget

Macam Alasanku

Hei . . .

Bagi para pembaca blog ZaZi pasti merasa bimbang dengan tokoh yang di ceritakan oleh penulis. Bertanya-tanya kenapa penulis selalu menggunakan tokoh "Zizi".
Ok kali ini akan aku kasih tahu siapa tokoh itu.

Ia adalah salah seorang temanku. Aku menggunakan nama samaran sesuai dengan permintaannya. Ia seorang gadis yang telah berhasil membuatku jatuh hati pada ceritanya yang aku tulis di blog ini. Aku tak tahu siapa diri dia sebenarnya. Tapi setiap ceritanya sungguh mengesankan bagiku. Dapat di bilang aku tertarik. Aku juga telah meminta ijin padanya. Dia tak masalah, asalkan aku tak memberitahukan diri dia sebenarnya. Cerita yang aku ceritakan tak sepenuhnya nyata darinya. Ada yang aku sedikit kembangkan seperti dunia imajinasi gitu. Aku tak berbakat untuk menulis. Karena masih banyak kata yang kurang tepat bagiku. Tapi aku suka menulis. Apapun itu kecuali coret-coret buku. Dengan menulis aku bisa sedikit melepas kepenatan hatiku. Entahlah, aku orang yang mudah bosen dengan suatu hal. Jadi dengan aku menulis, setidaknya bisa menghilangkan rasa boringku. Keboringan akan suatu hal. Hingga pada satu puncak yang harus aku putuskan demi masa depan kelak sungguh susah. A dan B. Mau tidak mau aku harus memilih A. Dan harapanku untuk meraih B kini pupus kembali. Ku telah memilih hal dengan suasana yang sama seperti dulu. Yeah, NEGERI. Belum aku lakukan, tapi aku telah merasakan aroma bosan. (Oh... God, kenapa aku begini?) Tapi aku bertekad, aku harus nglawan rasa bosenku ini menjadi kesenangan dan aku harus berusaha beradaptasi pada suasana yang sama. Aku ambil hikmah dari ini semua. Meski harapan hatiku tak tercapai, aku harus bisa menerima keadaan ini. Semoga ini yang petunjuk yang terbaik dari-NYA. Amiin...

Hm... aku harap kalian mau ya comment pada setiap posting blogku. Apapun itu. Yang penting comment. Aku tahu cerpenku belum sempurna, apalagi kata-katanya yang masih awur-awuran. Maka dari itu comment ya. Biar aku tahu kelemahan cerpenku di mana. Dan biar aku tahu bagaimana tanggapan pembaca terhadap isi cerpenku. ok ^_~ . . .

Oke aku akhiri postingku kali ini. Semoga terhibur. Khamsia . . . ^_^

Cerpen, Efforts

Usai acara, Zizi berharap kebahagiaan akan selalu menghampirinya. Tapi harapan Zizi selalu pupus. Entah mengapa selalu begitu. Ia tak akan pernah menjadi orang lain walau kekurangan banyak yang menimpa dirinya. Karena ia mempunyai motto, "jadilah diri sendiri tanpa meniru sgla kelebihan orang lain". N "tersenyumlah selalu walau kepahitan selalu datang, karena malaikat akan membalas senyum tulusmu". Terkadang Zizi bingung sendiri dengan mottonya yang ke dua. Tertawa, jarkoni (nek ada yang nda tau tnya internet aja. Okeh), munafik atau apa?? Ia tak mengerti. Selalu mendesis "Huhft". Berbicara memang sangat gampang. Tapi melakukannya itu yang amat sangat susah. Why??? What do you know? Itulah salah satu munafik. Waw. . . berarti Zizi itu munafik ya?? Hmm... Ia selalu berusaha tersenyum tulus saat kepahitan datang. Dan selalu menyuruh orang untuk "Keep be your smile". Ia sangat senang jika bisa melihat seseorang bisa tersenyum walau dirinya sangat susah melakukan itu. Senyum paksaan (ada-ada aja senyum paksaan) Percuma donk kalau bibir tersenyum tapi hati murung?? Bener bukan?? Tapi itulah kebanyakan orang melakukan itu seperti Zizi. Selalu berkeinginan tersenyum selalu saat pahit tiba tapi nyatanya hanya omdo alias omong doang. Hanya tangisan yang selalu dilihatkan orang. Seolah ingin dirinya dikasihani oleh seseorang. Entah... Zizi tak pernah berniat dikasihani oleh orang lain. Tak pernah itu. Mungkin reflek. Yang ia inginkan "kepedulian" hingga ia tak kuasa menahan air mata yang selalu ia tahan sedari dulu. Yang hanya membuatnya selalu rapuh, egois, dan tak berpendirian. Orang-orang mungkin menggapnya berlebihan, sok-sokan, cengeng, dlsb. Tapi ia mengakui ia memang cengeng. Cengeng kok bangga??? Dasar cewe' aneh kamu Zi. (Adu-adu... yang lebih aneh ya penulisnya, buat cerpen nganehin tokoh, ckickicki)

Jangan memaksakan kehendak yang memang diragukan untuk dilakukan. Itu hanya membuat semua berantakan, emosi ke mana-mana. Yang ada orang bakal mencap Zizi "buruk". Serahkan saja sama yang yang Kuasa Zi. Oh ya lagi, dan yang selalu ia irikan dari teman-teman, yaitu kenapa ia tak bisa seperti yang lain. Yang selalu enjoy pada dunia. Meski begitu, ia tak pernah berpikiran untuk meniru orang lain, tapi berusaha menikmati apa yang ada tanpa tangis. Efforts! Zizi ayo usaha agar bisa membuat orang tersenyum padamu karena sikapmu. Aku yakin kamu pasti bisa Zi, aku dukung kamu dari belakang. Okeh...


*sekian dari cerpen ngawurku. hehe ^_^. Khamsia. . .*

*BT mode on*

Saat Shalat Tubuh Memancarkan Cahaya

Hafsah seorang wanita yang tekun beribadah. Ia selalu menjaga wudunya. Dan ketika shalat malam tubuhnya memancarkan sinar, padahal rumahnya dalam keadaan gelap.

HAFSAH adalah saudara Muhammad Sirin, salah seorang Sufi zaman dulu. Seperti saudara laki-lakinya, Hafsah dikenal mempunyai karamah dan juga sebagai simbol kezuhudan. Konon, Hafsah sudah hafal Al-Qur'an sejak usia 12 tahun. Ashim Ahwal, seorang ulama menuturkan kisah tentang Hafsah sebagai berikut "Kami pernah mengunjungi Hafsah. Ia mengenakan hijabnya sedemikian rupa, sehingga membungkus seluruh tubuhnya. Kami terkejut dan menyalahkannya, semoga Allah merahmatimu."

Ashim menambahkan, tidakkah engkau ingat firman Allah Q.S. An-Nur ayat 60, yang artinya : "Dan perempuan-perempuan tua yang berhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada angin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan, adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui."

Ashim berpendapat, "Ayat ini hanya menyuruh agar engkau meutup dirimu, dan bukan membungkus dirimu dengan cadar seperti ini."

Mendapat keterangan t=yang demikian itu, Hafsah hanya tersenyum dan bertanya, "Sesudah kalimat itu, bagaimana bunyi kalimat selanjutnya?"

Ashim menjawab, "Berlaku sopan lebih baik bagi mereka."

"Nah ayat ini menunjukkan perlunya cadar," ujar Hafsah.

HOBI SHALAT
Dengan jawaban itu, membuat Ashim tidak bertanya lagi. Ia lalu meninggalkan Hafsah. Beberapa saat kemudian, seorang ulama lain yang bernama Hisyam ibn Hasan menuturkan, bahwa dirinya melihat Hafsah berada di masjid sepanjang hari untuk menunaikan shalat hingga matahari terbit.

Kemudian ia keluar dari masjid, pulang ke rumah, berwudu kembali, dan kemudian tidur untuk meyegarkan badannya. Ketika tiba waktu shalat, ia kembali ke masjid.

"Masya Allah, Hafsah itu seorang Ibu yang mempunyai hobi shalat dan badannya selalu menjaga wudu, meski dalam keadaan tidur," tutur Hisyam.

Menurut Hisyam, Hafsah pernah membeli seorang gadis budak bahwa menurutnya gadis budak itu berasal dari Sind. Akan tetapi, ketika ia bertanya kepada sang hamba sahaya itu, ihwal pendapatnya tentang majikannya. "Bagaimana menurut kamu tentang majikanmu itu?" tanya Hisyam kepada budak Hafsah.

Wanita yang berjubah hitam ini mejawab dalam bahasa Persia, "Ia memang seorang wanita yang beriman dan taat. Padahal, dalam hal ini, ia tidak bersalah, sampai-sampai ia menangis dan meratap sepanjang malam ketika melaksanakan shalat."

Hisyam menambahkan, dalam melaksanakan shalat memang Hafsah sangat khusyuk sekali, karena dirinya pernah mendengar suara isak tangis di masjid, dan ketika dilihat Hafsah sedang shalat. "Ketika malam tiba, Hafsah melaksanakan shalat malam, terkadang di rumah Hafsah memancarkan cahaya hingga pagi hari, padahal ia tidak menyalakan lampu." kata Hisyam dengan penuh keheranan.

Sementara itu, menurut 'Abd Al Karim ibn Mu'awiyah, seorang ulama terkenal menuturkan, bahwa Hafsah biasa membaca separuh Al-Qur'an setiap malam dan berpuasa setiap hari, kecuali pada hari raya Tasyrik. "Begitu juga ketika musim haji tiba. Selama musim haji ia selalu pergi ke Mekkah dan selalu melaksanakan shalat malam hingga meneteskan air mata," tutur 'Abd Al Karim.




Batu pun Bisa Menangis

Ketika tengah melakukan perjalanan Rasulullah SAW tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Beliau terkrjut karena sebuah batu mengucurkan air mata yang deras. Ternyata batu tersebut takut jika dirinya kelak menjadi bahan bakar neraka. Berikut kisahnya.

Pada suatu hari di tengah teriknya matahari, Rasulullah Saw tengah berjalan-jalan untuk menuju rumah salah satu sahabatnya yakni Ustman bin Affan guna membicarakan masalah kesejahteraan penduduk Makkah.

Dengan ditemani beberapa orang sahabat, Rasulullah pun berjalan kaki karena jarak yang ditempuk tidaklah begitu jauh. Namun, pada saat di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba beliau menghentikan lankah kakinya.

"Wahai Rasulullah, kenapa engkau menghentikan langkahmu? Tidaklah perjalanan kita masih kurang sedikit lagi?" tanya salah seorang sahabat.

TAKUT NERAKA
Mendengar pertanyaan dari para sahabatnya, Rasulullah pun mengarahkan tangan kanannya ke arah sebuah batu. "Lihatlah batu itu, wahai sahabatku!" pinta Rasulullah.

Seketika itu pula, para sahabat mengarahkan pandangan mereka pada sebongkah batu yang terlihat mengeluarkan air yang sangat deras.

"Tidaklah kalian lihat, batu itu telah mengeluarkan air!" kata Rasulullah.

Dengan penuh penasaran, Rasulullah mendekati batu tersebut dan berkata, " Wahai makhluk Allah, apa kiranya yang menjadikan engkau hingga mengeluarkan air mata?"

Bersamaan dengan itu, Allah SWT batu itu mampu bicara dan berkata, "Wahai Rasulullah, tatkala aku mendengar bahwa bahan bakar neraka adalah batu dan manusia. Maka, akupun menangis karena takut jika ternyata aku adalah salah satu dari batu-batu tersebut!"

RASULULLAH BERDOA

Mengetahui perihal keanehan yang dialami pada batu tersebut, Rasulullah pun menepuk-nepuk batu tersebut seraya balik bertanya, "Kalau begitu, apakah yang engkau inginkan?"

Tanpa basa-basi, batu tesebut meminta kepada Rasulullah untuk mendoakan akan dirinya agar dia selamat dari neraka. "Doakanlah aku, agar aku tidak menjadi salah satu bagian dari bahan bakar api neraka!" pinta batu itu.

Dan seketika itu pula, Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan memohon kepada Allah agar batu tersebut tidak dijadikan salah satu bahan neraka.

Beberapa waktu kemudian, ketika Rasulullah kembali dari rumah Ustman bin Affan dan melintasi batu itu lagi. Namun, Rasulullah melihat batu tersebut masih memancarkan air yang cukup deras.

Rasulullah pun kembali bertanya, "kenapa engkau masih menangis?"

Batu itu menjawab, "Sebelumnya aku tadi menangis karena takut akan neraka, tetapi tangisanku kali ini adalan karena bersyukur dan merasa senang serta gembira."

*Semoga temen-temen bisa mengambil hikmahnya. Khamsia . . .*

The Call-Regina Spektor

It started out as a feeling
Which then grew into a hope
Which then turned into a quiet thought
Which then turned into a quiet word

And then that word grew louder and louder
Til it was a battle cry

I'll come back
When you call me
No need to say goodbye

Just because everything's changing
Doesn't mean it's never
Been this way before

All you can do is try to know
Who your friends are
As you head off to the war

Pick a star on the dark horizon
And follow the light

You'll come back
When it's over
No need to say good bye

You'll come back
When it's over
No need to say good bye

Now we're back to the beginning
It's just a feeling and no one knows yet
But just because they can't feel it too
Doesn't mean that you have to forget

Let your memories grow stronger and stronger
Til they're before your eyes

You'll come back
When they call you
No need to say good bye

You'll come back
When they call you
No need to say good bye

Regina Spektor - The CallIt started out as a feeling
Which then grew into a hope
Which then turned into a quiet thought
Which then turned into a quiet word

And then that word grew louder and louder
Til it was a battle cry

I'll come back
When you call me
No need to say goodbye

Just because everything's changing
Doesn't mean it's never
Been this way before

All you can do is try to know
Who your friends are
As you head off to the war

Pick a star on the dark horizon
And follow the light

You'll come back
When it's over
No need to say good bye

You'll come back
When it's over
No need to say good bye

Now we're back to the beginning
It's just a feeling and no one knows yet
But just because they can't feel it too
Doesn't mean that you have to forget

Let your memories grow stronger and stronger
Til they're before your eyes

You'll come back
When they call you
No need to say good bye

You'll come back
When they call you
No need to say good bye

Like a Song-Groove Coverage


Chorus:
I can't forget you when you're gone.
You're like a song
That goes around in my head.
And how I regret
It's been so long.
Oh, what went wrong?
Could it be something I said?
Time, make it go faster,
Or just rewind
To back when im wrapped in your arms

Ahoooh

Dum da di da
Da da da dum
Da da da dum
Da da da dum da da di dum
Da di dum dum
Da da da dum
Da da da dum
Da da da dum la da da di da dum


All afternoon long
It's with me
The same song
You left a light on
Inside me
My love

I can Remember
The way that it felt
To be holding on to you

Da dum da da di dum
Ooh dum di dum

Chorus

Time
Make it go faster
Or just decide
To come back to my happy heart.

Ahooh oh

Versi Lama Doraemon

Click Here To Download the Mp3
Click Here To Download the Video

Doraemon Ending Versi Indonesia
(Indonesian version)

Click Here To Download the Mp3

Lihat-lihatlah bunga
Andai ku mekar
Tiba saat mengucapkan selamat pagi
Masa depan semua mari kita bangun

Lalalala Lalalala
Bernyanyi bersama
Saya hidup di bumi ini
Masa depan dengan kapal angkasa

Mari kita banyak-banyak berhip riang
Bermandikan satu-satu kita wujudkan

Kita hidup di bumi ini
Pagi ini esok dan seterusnya
Masa indah sangat banyak
Kota impian

Doraemon Opening Versi Indonesia
(Indonesia Version)

Click Here To Download the Mp3

Aku ingin begini
Aku ingin begitu
Ingin ini
Ingin itu
Banyak sekali

Semua semua semua
Dapat dikabulkan
Dapat dikabulkan dengan kantong ajaib

Aku ingin terbang bebas di angkasa
Hai ,, baling-baling bambu
Lalala Aku sayang sekali Doraemon 3X

Please leave your comments . . . OK . . .

Please leave your comments . . . OK . . .
Thank you for visiting . . . .